Sambut Ramadhan di Tengah Keprihatinan, Opini Retnaning Putri

Sambut Ramadhan di Tengah Keprihatinan Oleh: Retnaning Putri, S.S. Ramadhan yang dirindukan telah datang kembali. Bulan istimewa yang penuh berkah melimpah, pahala yang

Sambut Ramadhan di Tengah Keprihatinan

Oleh: Retnaning Putri, S.S.

Ramadhan yang dirindukan telah datang kembali. Bulan istimewa yang penuh berkah melimpah, pahala yang berlipat ganda dan penuh dengan ampunan. Bulan Ramadhan pun menjadi momen untuk berkumpul bersama keluarga, dari mulai menyantap sahur, beribadah bersama hingga merasakan nikmatnya berbuka.

Namun suasana Ramadhan kali ini, jauh berbeda dengan suasana Ramadhan di tahun-tahun sebelumnya. Tantangan sambut Ramadhan di tahun ini tidak hanya sekadar menahan rasa haus, lapar dan hawa nafsu belaka. Akan tetapi, perlu bekal kesabaran dan perjuangan dalam menghadapi wabah Covid-19. Tahun ini, sambut ramadhan di tengah keprihatinan.

Sejak Indonesia dilanda wabah Covid-19. Pemerintah mulai memberlakukan stay at home. Pemberlakuan ini tentu berdampak pada sebagian besar rakyat Indonesia, mereka mulai kehilangan pekerjaan sekaligus pendapatannya. Di sisi lain potret negara semakin memprihatinkan.

Angka kematian karena Covid-19 semakin bertambah, angka perceraian semakin meningkat, aksi kriminalitas semakin parah pasca napi dibebaskan, bahkan aneka hoaks bertebaran di jagat maya. Baru-baru ini banyak media yang mengangkat berita tentang rakyat yang kelaparan, baik itu kasus pencurian karena kelaparan ataupun kasus kematian karena kelaparan.

Atek, lelaki berusia 40 tahun ini warga Jalan Mawar, Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia, Medan, Sumatera Utara, nekat mencuri satu karung beras 5 kilogram. Dia nekat mencuri beras karena tak mempunyai uang untuk membeli. Atek kelaparan. Dia terpaksa berhenti bekerja ketika ada wabah Covid-19.

Baca Juga :  Lakoni Lockdown dengan Penuh Kegembiraan. Opini Tubagus Soleh

Lain kisah, Yuli Nur Amelia. Warga Kelurahan Lontar Baru, Kecamatan Serang, Kota Serang itu meninggal dunia. Yuli Nur Amelia tak makan selama 2 hari karena kelaparan. Hal itu karena selama wabah ini, suaminya yang hanya menggantungkan hidup dari menjual barang bekas tak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari. (Suarabanten.id, 21/04/2020).

Hal ini menunjukkan seakan negara lepas tangan terhadap rakyatnya. Rakyat dibiarkan berjuang untuk mempertahankan hidup di tengah pandemi. Sementara itu, penguasa lebih asyik memainkan kebijakan untuk mencari pendapatan sendiri. Keran-keran investasi tetap dibuka dan jalur masuk wisatawan asing ke Indonesia tetap dilancarkan. Betapa ironis, ketika penguasa masih memikirkan untung rugi di atas nyawa rakyatnya, lagi-lagi, rakyat tidak mendapat kebaikan apapun melainkan hanya setumpuk problem berkepanjangan yang datang bertubi-tubi.

Melihat semua fakta di atas, tentunya mayoritas Muslim di Indonesia sangat merindukan kehidupan yang lebih baik, kehidupan yang menenteramkan jiwa, memuaskan akal, serta sesuai dengan fitrah manusia. Apalagi seharusnya umat Muslim antusias menyambut datangnya Ramadhan. Semakin semangat untuk meningkatkan ketakwaan dan mewujudkan perubahan.

Ramadhan adalah bulan penuh berkah. Di bulan tersebut, Allah memerintahkan kewajiban untuk berpuasa. Puasa bisa dijadikan sebagai amunisi untuk mewujudkan tatanan kehidupan yang lebih baik, menuju perubahan kehidupan yang diatur oleh aturan Sang Pencipta.

Sebab, bagi seorang Muslim, kewajiban yang dibebankan Allah kepada hambanya tidak hanya sekadar berpuasa dan menjalankan shalat wajib saja. Akan tetapi, banyaknya kewajiban itu harus dilaksanakan oleh individu maupun negara. Oleh karena itu, patut disadari bahwa Ramadhan adalah gerbang menuju ketakwaan secara totalitas kepada Allah SWT.

Baca Juga :  PWI Kapuas Himbau Wartawan Antisipatif Saat Liputan Virus Corona

Bagi individu Muslim, jadikanlah Ramadhan sebagai jalan untuk menyempurnakan ketundukan kepada hukum-hukum Allah. Mulai istiqamah menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Selain itu, harus tetap bersabar di tengah wabah dan senantiasa berdoa agar segara dilenyapkan wabah ini oleh Allah SWT.

Bagi masyarakat mayoritas Muslim, jadikanlah Ramadhan sebagai jalan untuk merajut ukhuwah dengan meningkatkan kepedulian kepada sesama, saling berbagi dan saling mengingatkan supaya tidak melakukan kemaksiatan.

Bagi negara khususnya para pemangku kebijakan, jadikanlah Ramadhan sebagai momentum untuk muhasabah bersama sekaligus mengubah tatanan kehidupan untuk mewujudkan takwa secara totalitas. Ketakwaan yang dibingkai dalam sistem shahih yang diturunkan Allah SWT, yaitu sistem Islam.

Semoga Ramadhan di tahun ini, menjadi momentum perubahan seluruh kaum Muslimin baik di Indonesia maupun dunia untuk menerapkan aturan Allah secara menyeluruh. Sehingga akan mudah untuk memutus rantai problematika umat yang menambah karut marut kehidupan. []

Loading...