WARTARAKYAT.ID – Koordinator Aksi Tolak SK Pergantian Rektor UM Sorong Angki Dimara meminta perguruan Muhammadiyah untuk meninggalkan tanah Papua jika Pimpinan Pusat (PP) tidak segera menarik Surat Keputusan (SK) tersebut. Mahasiswa UM Sorong berkeras meminta agar rektor lama Hermanto Suaib tidak diganti untuk satu periode lagi.
Angki Dimara menjelaskan, perakan aksi penolakan rektor baru yang terjadi selama bebeapa hari ini adalah bukti keseriusan tuntutan mereka. Menurutnya, dikeluarkannya SK pergantian rektor dari Hermanto Suaib ke Muhammad Ali membuktikan bahwa PP Muhammadiyah telah berlaku semena-mena terhadap mahasiswa UM Sorong.
“Kami akan bertahan hingga SK tersebut diganti, dan tak akan mundur. Walau nyawa harus berpisah dari raga kami. Dan selaku kordinator aksi, saya mengucapkan terima kasih atas partisipasi mahasiswa dan masyarakat kota Sorong. Yang peduli dan ikut memberikan sumbangan seribu maupun dua ribu rupiah pada kotak perjuangan yang kami letakkan di depan jalan, kata koordinator aksi melalui pesan WA, Selasa (21/4/2020) malam.
Angki Dimara menyampaikan, selama ini mahasiswa diajarkan Pengetahuan Kemuhammadiyaan, yang bersumber dari Firman Allah yang ada dalam Al Quran dan Hadist. Angki mengaku para mahasiswa begitu terkesima dengan pengetahuan yang ada didalamnya
Ia menyebut bagaimana cara sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW dalam mengambil keputusan. Sebuah keputusan diambil melalui musyawarah dalam sebuah majelis. Hasil dari musyawarah tersebut menjadi keputusan untuk menunjuk seorang pemimpin.
“Berdasarkan musyawarah dalam rapat senat atau majelis, diputuskan Bapak DR H Hermanto Suaib memimpin kembali. Anehnya, mengapa SK nya berbeda? Bukankah Muhammadiyah adalah organisasi Islam? Yang seharusnya bercermin dari sumber-sumber islam dalam memutuskan?” ujar Angki Dimara.
Ia menegaskan, pengangkatan DR Muhammad Ali sebagai rektor adalah sebuah penghinaan terhadap anak-anak asli Papua. Menurut Angki, dalam beberapa kali kesempatan, Muhammad Ali kerap membuat pernyataan yang merendahkan harkat dan martabat anak-anak Papua yang kuliah di UM Sorong. Ia bahkan secara terang-terangan meminta Muhammadiyah untuk keluar dari tanah Papua jika berkeras dengan SK-nya.
“Hal ini sangat menyakitkan hati kami. Dan tidak mungkin bisa kami lupakan. Sehingga apabila PP Muhammadiyah masih bersikeras untuk tetap mempertahankan SK tersebut, maka silahkan angkat kaki dari tanah Papua,” tegas Angki Dimara.
Sementara itu Presiden Mahasiswa (Presma) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UM Sorong Abu Kelian meminta agar PP Muhammadiyah lebih arif dan bijaksan melihat kondisi yang terjadi di UM Sorong saat ini. Ia mengaku hampir semua civitas akademika UM Sorong menolak SK pergantian rektor yang diterbitkan PP Muhammadiyah. Masyarakat Sorong melalui Dewan Adat Malamoi selaku pemegang tanah ulayat melakukan pemalangan pintu gerbang kampus UM Sorong.
“Bahwa kearifan lokal harus jadi sumber utama dalam mencapai kemaslahatan yang ada di tanah Papua. Untuk memperjuangkan kebenaran ini, kami tidak akan mundur sejengkal pun. Walau harus berlumuran darah,” tegas Presma BEM UM Sorong. (OSY)