Anomali BPIP dan Fokus Perjuangan Umat. Opini Ainul Mizan

Anomali BPIP dan Fokus Perjuangan Umat. Opini Ainul Mizan

Anomali BPIP dan Fokus Perjuangan Umat. Oleh: Ainul Mizan, Pemerhati Sosial Politik.

Kepala BPIP yang baru dilantik, Yudian telah membuat gebrakan baru yang kontroversial. Menurutnya agama itu adalah musuh terbesar dari Pancasila (www.detik.com, 12 Februari 2020).

Secara logika, pernyataan Kepala BPIP tersebut tidak bisa dipertanggungjawabkan. Notabenenya bangsa Indonesia ini mayoritasnya beragama Islam. Artinya tudingan Kepala BPIP tersebut jelas ditujukan kepada Agama Islam.

Sesungguhnya menilai Ajaran Islam dengan melihat sebagian perilaku pemeluknya yang kebetulan tidak terpuji, adalah penilaian yang cacat. Ambil contoh, tatkala melihat ada seorang muslim yang mencuri, lantas Islam yang dicap buruk. Padahal ajaran Islam secara tegas melarang pencurian dan memberi sangsi yang keras atasnya. Alloh swt menyatakan dalam firmanNya yang artinya: “Laki – laki dan perempuan yang mencuri, maka potonglah tangan keduanya…”(Terjemah Surat al Maidah ayat 38).

Begitu pula isu terorisme dan radikalisme yang disasarkan pada Islam, seolah Islam yang memerintahkannya. Memang ada sebagian kelompok umat Islam yang menjadikan jihad (perang) sebagai metode mengubah keadaan yang tidak islami.

Munculnya aksi – aksi fisik yang dicap sebagai aksi teroris, hanyalah akibat. Sebabnya adalah kemiskinan, ketidak adilan hukum dan ekonomi yang terus menerus dialamatkan kepada Islam dan umatnya. Sebuah negara yang mengambil demokrasi dan ekonomi neoliberal telah melahirkan keterpurukan di segala bidang kehidupan. Inilah bentuk Terorisme Negara.

Padahal jika mau jujur mengkaji konsepsi Jihad dalam Islam, tentu tidak akan ada penilaian tidak adil terhadap Islam. Patut diketahui bahwa kemiskinan dan ketidak adilan juga dirasakan oleh semua orang. Akan tetapi tatkala yang melakukan aksi teror notabenenya non muslim, tidak lantas disebut sebagai aksi terorisme dan radikalisme. Sebagai contoh aksi IRA di Irlandia dan Tamil Tiger di India.

Baca Juga :  Kontempelasi, Pancasila, Islam dan Khilafah, Opini Prihandoyo Kuswanto

Di tengah kasus besar mega korupsi Jiwasraya, Asabri, suap terhadap komisioner KPU, tiba – tiba BPIP menuding agama sebagai musuh Pancasila. Apakah karena agama mengharamkan korupsi dan perbuatan curang lantas menjadi musuh Pancasila?

Ataukah pernyataan Yudian itu hanya pengalihan isu di tengah carut marutnya negeri ini? 100 hari pemerintahan Jokowi – Makruf yang dipandang banyak pihak tidak bermanfaat bagi bangsa dan negara, wacana omnibus law yang dikritik sebagai karpet merah imperialisme asing dan tercabiknya kedaulatan bangsa di Natuna.

Seharusnya BPIP bekerja untuk merumuskan solusi strategis guna menyelesaikan berbagai persoalan yang membelit bangsa dan negeri ini. BPIP mestinya mampu membumikan nilai – nilai Pancasila untuk menyelesaikan berbagai persoalan bangsa dan negara. Bukan malah membuat kontroversial di tengah masyarakat. Pernyataan Kepala BPIP yang menjadikan agama sebagai musuh pancasila berpotensi memecah belah umat dan rakyat Indonesia.

Apakah gaji yang ratusan juta tersebut hanya untuk bekerja mengalihkan masyarakat dari berbagai persoalan nyata yang membelit bangsa dan negara. Jika demikian adanya, BPIP hanya menjadi sarana menghamburkan uang negara. Keberadaan BPIP tidak bermanfaat bagi perbaikan keadaan bangsa dan negara. Tentunya menjadi hal yang wajar bila ada tuntutan dari masyarakat Indonesia agar BPIP dibubarkan saja.

Sesungguhnya yang menjadi pangkal carut marutnya negeri ini bukan karena penerapan Islam. Justru sebaliknya karena penerapan ideologi Kapitalisme Sekulerisme.

Baca Juga :  Virus Kecurangan di Dalam Demokrasi di Indonesia

Penyerahan SDA kepada asing, menumpuknya utang negara berbasis ribawi, upaya pelemahan pemberantasan korupsi dengan revisi UU KPK, penodaan dan penistaan agama oleh BuSuk, Ade Armando, Abu Janda, dan lainnya, serta semua kerusakan yang terjadi justru bertentangan dengan ajaran Islam. Tatkala Islam diterapkan tidak akan ada kerusakan sistemik sedemikian rupa.Jadi umat Islam tetap saja fokus pada agenda perjuangannya. Perjuangan untuk membebaskan Indonesia dari semua bentuk penjajahan.

Janganlah umat Islam salah fokus di dalam perjuangan ini. Ideologi Islam yang telah mampu mengobarkan perlawanan terhadap para penjajah hingga tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Umat harus tetap sadar bahwa Ideologi Kapitalisme dan Komunisme akan selalu berusaha mengembalikan Indonesia berada di dalam cengkeramannya. Walhasil satu-satunya solusi yang bisa menyelamatkan bangsa dan negeri ini adalah dengan berpegang teguh dengan Islam dan ajarannya. Alasannya, karena hanya Islam satu-satunya ajaran dan ideologi yang mampu melawan dan menumbangkan kebrutalan ideologi penjajah, Kapitalisme dan Komunisme.

Loading...