Asing di kampung Sendiri. Oleh Tubagus Soleh, Ketum Babad Banten Nasional
…Menjaga Kedaulatan Budaya leluhur di tanah leluhur kita sendiri merupakan kewajiban kita sebagai zuriat…(Kangjeng Raden Aria Haji Ali Taba, Ketua Balai Adat Kearyaan Tangerang)
Pembangunan di Tangerang Raya memang sangat pesat. Sepertinya tidak ada hari tanpa pembangunan. Terutama pembangunan di bidang perumahan elit kawasan Bumi Serpong Damai (BSD).
Namun saya merasakan ada sesuatu yang beda banget. Ketika saya menelusuri setiap sudut jalan kawasan elit BSD, Alam Sutera, Paramount dan seterusnya. Yang sekelilingnya rumah rumah elit, cluster, dan ruko-ruko. Saya merasakan sesuatu yang asing. Saya merasakan seperti bukan di tanah leluhur kita. Bukan seperti di kampung kita sendiri.
Nama-nama perumahan kawasan elit seperti di perumahan BSD, Lippo, Citra Raya, Alam Sutera dan Paramount sama sekali tidak membumi. Malah membikin jurang pemisah yang sangat menganga.
Sementara kampung-kampung di sekitar perbedaannya sangat mencolok dengan jalan gang yang sempit. Seolah-olah tidak ada kepedulian sama sekali dari pihak pengembang untuk memberdayaan masyarakat di sekitar kawasan perumahan elit tersebut. Minimal pihak pengembang kawasan elit menata kawasan kampung-kampung disekitarnya untuk tumbuh berkembang bersama seiring pertumbuhan di kawasan tersebut.
Saya berharap pihak pemda maupun pemkot harus serius memperhatikan perkembangaan pembangunan kawasan perumahan elit ini. Jangan sampai pembanguna kawasan elit ini justru kontraproduktif bagi kemajuan yang sebenar-benarnya Tangerang raya.
Salah satu dampak dari pembangunan yang menggurita ini nyaris lenyapnya budaya daerah kita. Saya yakin orang lebih mengenal BSD, Lippo, Alam Sutera dan Paramount, dibanding dengan nama asli daerah tersebut. Padahal sejatinya, nama-nama asli daerah itu harus dipertahankan dan diperhatikan dengan seksama. Terutama oleh pemangku kebijakan seperti pemda maupun pemkot.
Harus ada kebijakan dari pemda untuk para pengembang agar menamakan perumahan yang akan dibangunnya dengan nama-nama lokal. Misalnya Perumahan Pagedangan Residen. Atau Perumahan Nyaman Cilenggang. Dan seterusnya. Bukan malah membikin perumahan dengan nama-nama asing yang kita sendiri asing dan bukan dari budaya kita.
Menjaga dan mempertahankan budaya leluhur, apalagi sampai mengembangkannya merupakan kewajiban bagi segenap rakyat Tangerang. Karena sejatinya budaya leluhur merupakan benteng hidup yang mampu mempertahankan daya hidup dan daya juang rakyat Tangerang.
Semangat mempertahankan budaya leluhur secara alamiyah akan muncul ketika rasa keterasingan mulai dirasakan. Disadari atau tidak rasa ini akan tumbuh dalam bentuk apapun.
Alhamdulillahnya para zuriat Tiga Raksa Tangerang meresponnya dengan sangat positif, yaitu dengan mendirikan Balai Adat Kearyaan Tangerang. Sebagai bentuk kesadaran untuk menjaga, melestarikan serta mengembangkan budaya budaya adiluhung para leluhur Tigaraksa.
Sikap proaktif yang ditunjukan oleh para zuriat Tigaraksa ini merupakan sikap dewasa dan terbuka dalam memandang perkembangan pembangunan yang pesat di Tanah leluhur Tangerang Raya. Pembangunan yang sangat pesat harus menjadi perekat ketangerangan kita, kebantenan kita dan keindonesiaan kita. Bukan malah menjadi jurang pemisah yang menganga.
Saya sangat mengapresiasi sikap proaktifnya Balai adat kearyaan Tangerang ini. Yang akan menganugerahkan Gelar Adat Kepada Bupati Kabupaten Tangerang Bapak Zaki Iskandar, pada milad kabupaten Tangerang pekan depan. Penganugrahan gelar adat ini diberikan Karena Bupati Zaki Iskandar dipandang peduli pada budaya leluhur adiluhing Tangerang.
Penganugerahan Gelar Adat kepada Bupati Zaki Iskandar merupakan babak baru sejarah Tangerang. Karena Bupati Zaki tidak hanya sebagai Pemimpin formal kenegaraan. Tapi juga harus dipandang sebagai representatif Pemimpin Adat Kearyaan Tangerang. Sehingga kita warga Tangerang tidak merasa asing ditanah leluhur kita sendiri.
Seperti dawuh Kangjeng Raden Aria Ali Taba Ketua Balai Adat Kearyaan Tangerang. Menjaga kedaulatan Budaya leluhur kita sendiri merupakan kewajiban kita sebagai zuriat dan seluruh warga Tangerang.