Logika Rakyat: Yang Benar Itu Lockdown Apa Lock Dont? Opini Amrozi

Logika Rakyat: Yang Benar Itu Lockdown Apa Lock Dont? Opini Amrozi
Foto Lock Dont yang bersliweran di instagram

Logika Rakyat: Yang Benar Lockdown Apa Lock Dont? Oleh: Amrozi, Pemerhati Sosial.

Seorang teman ngeshare foto diatas di sebuah Whatsapp Group (WAG), dengan komen singkat “Gamang”. Dua orang teman pun ikut nimbrung ngasih komen. Yang pertama ngasih komen 3 emoji senyum yang ditutupi tangan dan satunya komen “Bener kah?” dengan 2 emoji tertawa.

Saya pun ikut tersenyum melihat gambar dan komen-komen tadi. Tiba-tiba saya teringat kalau istilah “Lockdown” saat ini sangat hot. Ada yang bilang kalau Indonesia tidak mengenal istilah lockdown, yang ada ya karantina. Ada yang bilang gak penting membahas yang benar itu istilahnya lockdown atau karantina, yang penting maksudnya sama.

Ada juga yang bilang istilah menjadi sangat penting karena Indonesia punya UU Karantina, sedangkan UU Lockdown tidak ada. Payung hukum yang membuat istilah itu menjadi sangat penting, karena pemerintah hanya bisa bertindak jika payung hukumnya ada.

Pikiran inilah yang membuat saya menghubungi teman saya yang ngeshare foto tersebut. “Foto itu kejadiannya dimana?” Teman saya ini lahir dan besar di Bali, kuliah dan menjadi dosen di Surabaya, baru pulang dari tugas belajar di Australia, transit dan main di Jakarta dan ketika saya tanya ngakunya sudah ada di Surabaya (kalau dia di lockdown atau karantina atau lock dont, kira-kira dimana ya?).

Si “Lock Dont” ini pun menjawab, “Buahahaha ndak tahu. Nemu sliweran di instagram.” Saya pun jadi garuk-garuk kepala. Iseng saya coba ke google translate. Jawaban Mbah Google pun bikin saya senyum plus garuk-garuk kepala, “Kunci Jangan”.

Mungkin jawaban yang paling mendekati adalah logika rakyat. Sebuah logika sederhana yang muncul dibenak rakyat. Benar atau salah ya urusan lain. Ada teori atau tidak ada teori, yang penting faktanya ada. Bahwa yang diinginkan rakyat adalah rasa tenang untuk melampaui masa-masa sulit gara-gara corona.

Baca Juga :  Bupati Kapuas Minta Petugas Tegas Jaga Wilayah Dari Penyebaran Covid-19

Rakyat cuma butuh contoh yang nyata dari pemerintah. Kalau diumumkan harus pakai masker biar tidak terserang corona, ya jangan contohi masyarakat dengan tidak memakai masker waktu ngomong ke rakyat. Mengapa kemudian muncul pemberitahuan kalau yang pakai masker sebetulnya hanya orang yang sakit, yang positif terkena corona dan tenaga medis saja? Anehnya lagi, kenapa sekarang semua pejabat yang muncul di tv kebanyakan pakai masker ya? Apa mereka sakit, positif corona atau petugas medis?

Rakyat diminta pemerintah untuk tenang. Media massa diminta memberitakan hal-hal yang positif agar masyarakat tidak gelisah. Apa pemerintah sudah pernah menjelaskan beda media massa dengan media sosial? Percayakan semua kepada pemerintah. Rakyat harus percaya kepada Pemerintah Daerah apa Pemerintah Pusat?

Kalau istilah begitu penting, maka seharusnya Ahmad Yurianto bukan lagi juru bicara covid-19. Bukan karena ucapan orang miskin menularkan corona ke orang kaya seperti yang saat ini lagi ramai. Tapi karena diskusi di WAG yang saya dan si Lock Dont ada disana.

Karena diskusinya panjang, maka saya salin langsung semua diskusi yang terjadi dan saya jadikan dua alinea. Semoga yang merasa ikut diskusi tidak tersinggung.

Corona itu banyak macemnya. Mulai dari MERS, SARS untuk yang berbahaya. Corona itu varian umum karena mers dan sars juga masuk corona. Iya kan bro. Jadi tidak tepat penggunaan corona itu. Betul mas. Virus corona jenis baru yg skrg lg rame itu kan sars cov-2 kan? Setahu saya covid-19 itu bukan nama virus, tapi penyakitnya. Betul. agen penyakitnya. kalau penyakitnya Covid-19. Jadi kalo mau konsisten nulisnya virus sars cov-2 Bukan virus corona. Nah iya, shrsnya begitu…

Baca Juga :  Dampak New Normal Life Ditengah Wabah. Opini Heni Kusmawati

Kesalahkaprahan dlm istilah kesehatan di bhs media sbnrnya ya banyak kan… Saya sadar betul dalam penulisan judul, tim penyunting akan kesulitan. Judul bisa panjang. Publik juga bisa mengira berbeda. Memang dilematis. Perlu tuh panduan internal media utk istilah dan arti. Bisa dibagj di sini? Saya sebagai paling muda dan masih sebagai “(julukan samaran)” siap belajar. Tapi menyebut covid-19 scr umum utk menyebut penyakit maupun virusnya mnrt sy lbh tdk tepat lagi… Mhn maaf, mungkin bu (nama disamarkan) yg menguasai soal istilah2 kesehatan yg bisa menjelaskan beda covid-19 dgn corona? Hehe sebentar yaa. Sudah benar diatas itu…tp sy coba cari referensi yaa. Sudah benar. Mksdnya Covid-19 ada penyakitnya, virusnya sars cov-2, yg ada virus RNA ditulusan terakhir katanya sdh bermutasi 40.

Diskusi pun berhenti, kemudian WAG membahas hal yang lan.

Tidak ada kesepakatan akhir memang, tapi satu hal yang pasti. Sejauh ini semua media menyebut penyakit yang memunculkan istilah lock dont ini dengan “Covid-19”. Masyarakat kebanyakan menyebut “Corona”. Tapi gak masalah kan? Yang penting maksudnya sama. Hingga saat ini pun pak Yurianto tetap juru bicara covid-19. Bukan juru bicara corona atau juru bicara sars cov-2. Tidak ada masalah.

Jauh didalam setiap hati manusia, pasti mereka tahu apa yang mereka inginkan. Jauh didalam hati setiap manusia, mereka tahu apa yang diinginkan orang lain, jika mereka berada di posisi orang lain. Tinggal mau menuruti hati, atau menjauh dari hati.

Coba lihat ke sebelah kiri foto tersebut. Ada empat huruf. TUTU. Atau ada satu huruf lagi yang tertutupi? R? L? P? S? Atau…. Ah,gak masalah kan?

Loading...